Halaman

Sabtu, 15 Juni 2019

MINORITAS

 

Pagi yang cerah untuk hari libur, Matahari telah bekerja dengan semestinya. Butiran embun pagi masih menempel pada rumput-rumput hijau yang seakan menjadi pagar sementara di Rumah kami sangking tingginya Karena belum di babat. 
Suara dentuman antara besi dengan besi telah terdengar di telinga. Itu tandanya waktu ibadah telah tiba. Lonceng pertama menandakan bahwa semua masyarakat bergegas persiapan menuju ibadah. Lonceng Kedua berbunyi, semua masyarakat telah siap untuk berangkat ke Gereja dan Selang beberapa menit dentuman Lonceng terakhir pun di perdengarkan, dalam artian semua masyarakat telah berada di dalam gereja dan siap untuk melakukan ibadah Minggu. 
Ibadah rutin yang selalu mereka lakukan setiap minggunya dan bertepatan pada hari ahad. Lantunan Doa-doa kepada sang pencipta telah bergema di dalam gereja bahkan terdengar sampai di rumah tempat tinggal kami karena jarak antara rumah dengan gereja tak cukup jauh. Alunan nada-nada dari mereka terdengar jelas di iringi gitar yang menambah lagu tersebut menjadi lebih indah. Pembagian suara pun telah Tertata dengan baik. Sehingga membuat lagu yang dinyanyikan lebih merdu dan harapannya  ketika bernyanyi, setiap kata dalam lagu tersebut  bisa sampai ke Langit. Dan menjelma menjadi doa-doa tulus yang akan menjadi kenyataan nantinya. 
Untuk Kaum Non Muslim yang ada di daerah tempat tinggal Saya, Hari Ahad adalah Hari yang paling mustajab bagi mereka untuk melakukan Ibadah. Hari Tersebut biasa di sebut dengan Ibadah Minggu. Mungkin rutinitas ini juga berlaku untuk daerah-daerah yang lain yang ada di seluruh Indonesia. 
Namun lain halnya dengan Kaum Muslim, khususnya saya yang tinggal di sini yang mayoritas non muslim atau bisa di bilang hanya saya  dan ke empat teman saya beragama muslim, yang tinggal di daerah sini dan memiliki rutinitas berbeda dengan mereka. Hari ahad, kami isi dengan bersih-bersih. Atau ketika kami sepakat hari libur itu di isi dengan bepergian ke suatu daerah tempat wisata yang rekomended guna untuk mengeksplor Tanah Papua yang terkenal dengan keindahan alamnya yang masih alami tanpa sentuhan tangan-tangan pemerintah. Tapi kadang juga kami lebih sering menghabiskan waktu untuk bersantai di rumah setelah seminggu melakukan aktivitas yang menguras tenaga dan fikiran. Hari Ahad menjadi hari untuk beristirahat bagi kami berlima. Namun terkadang juga kami, di waktu pagi duduk-duduk di teras rumah sambil melihat masyarakat berjalan menuju gereja satu persatu lengkap dengan kitab mereka. Tak jarang pula kami menyapa mereka yang sedang asyik berjalan menuju ibadah.
 "Selamat pagi Mama? Ada mau pergi gereja kah?" 
"Selamat pagi juga suster. Iya kami mau ibadah ini suster".  Ucap salah satu masyarakat yang kami sapa dengan  senyum yang sumringah 
"Oh iya, Mama. Pergi Sudah. Selamat! " Balas kami dengan santun dengan tangan melambai. 
" Oke Suster,  Hormat! " Seru mama di ikuti pula dengan tangan melambai guna membalas kami kemudian berlalu melewati kami. 
Tak hanya hari ahad, ada hari lain yang menjadi rutinitas ibadah mereka. Seperti pada Hari senin mereka gunakan untuk melakukan ibadah unsur di Rumah masing-masing. Pada Hari Rabu di gunakan untuk anak-anak kecil untuk melakukan ibadah, Hari tersebut biasa di sebut Rabu gembira bagi mereka karena ibadahnya di tujukan untuk anak-anak. Serta Hari Jumat juga di gunakan bagi mereka untuk melakukan ibadah yang di tujukan untuk orang dewasa. Berbeda dengan hari ahad yang ibadahnya di tujukan untuk semua golongan. Melihat rutinitas mereka dalam beribadah sangat giat itu terkadang membuat saya lebih semangat lagi dalam menyembah kepada Allah SWT, meskipun Lantunan suara adzan tak pernah terdengar dari radio mesjid terdekat karena memang di lingkungan kami sama sekali tidak ada bangunan mesjid jadi wajar jika waktu sholat telah tiba gema adzan tak terdengar. Cuman bermodalkan alarm yang telah di setel berdasarkan jadwal sholat sebelum kesini pun bersahabat dengan kami dan alhamdulillah berfungsi dengan baik. karena Zaman sudah modern dan kita hidup di zaman milleneal,  segala kebutuhan dan aktivitas tak lepas dari smartphone yang telah menyediakan aplikasi pengingat sholat dengan  baik Karena di iringi dengan  suara Adzan yang bergema ketika waktu sholat telah tiba. Itu pulalah yang membuat saya Lebih banyak bersyukur atas nikmat Allah SWT yang di berikan kepada saya. Hidup dalam Minoritas. Tinggal berdampingan dengan manusia yang beda suku dan kebudayaannya. Namun berlangsung damai. Masyarakat yang ramah menjadikan semuanya lebih nyaman. Meskipun Awalnya keraguan dan ketakutan menyelimuti hati, sebab dulu mendengar kata Papua saja fikiranku sudah berfikir jauh. Karena dari gambaran orang awam Papua adalah salah satu daerah pelosok Indonesia yang terkenal dengan berbagai macam suku dan budaya yang kental dengan adat-istiadat yang masih di junjung tinggi sehingga sulit untuk berbaur dengan dunia luar. Tapi setelah sampai di Papua dan berbaur dengan Masyarakatnya langsung telah mengubah pola fikir dan sudut pandang saya terhadap mereka. Papua yang mereka ceritakan tak sesuai dengan Cerita Papua yang saya tahu. 
Maka dari itu, mari mengenal Papua lebih dekat. Setelah kenal, tak lama kemudian kamu akan jatuh cinta dengan  Papua. Sebab Papua adalah salah satu kekayaan Indonesia yang wajib kita tahu dan banggakan baik dari segi alamnya yang kaya, Suku budaya dan adat-istiadat yang unik serta sumber daya manusianya yang melimpah. 
So,  Don't judge the book By this cover guys. Seperti kata pepatah yang pernah saya dengar. Tak kenal maka tak sayang, Tak Sayang maka tak cinta. Nah seperti itulah Papua. Yang perlu kita kenal terlebih dahulu lalu setelah itu lihat apa yang terjadi. 

-Sabtu
Bariat, 1.01 WIT
Dalam kamar menuju lelap!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar